Kamis, 07 Oktober 2010

Konsep Pendidikan Masa Depan

"Behavioristik VS Konstruktivistik"

olah: Imam Nashokha, S.Pd.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan mencetak generasi-generasi penerus bangsa masih cenderung menerapkan atau menggunakan konsep pendidikan klasikal yang lebih banyak mengarah kepada keteraturan, ketertiban, keseragaman, kerapian, sehingga semua tertata rapi. Era “takkan berubah dan tak boleh diubah” yang bermuara pada ”kepastian”, keteraturan, kerapian, ketertiban, dan keseragaman, paling tidak sebagai harapan, karena hingga kini belum pernah menjadi kenyataan, telah kita lewati sekian lama. Siapapun yang hidup di negara ini dipaksa untuk menikmatinya, dan tak terasa telah berjalan selama lebih dari setengah rata-rata usia manusia.

Kini, era “takkan berubah dan tak boleh diubah” mendapat sorotan dan menjadi wacana oleh orang yang peduli akan perubahan, salah satunya adalah Prof. DR. I Nyoman S. Degeng, M.Pd., beliau berpendapat bahwa muara akhir dari era keteraturan adalah ketidakteraturan. Ketertiban bermuara pada kekacauan, dan pada saat ini kita telah mengalami pergeseran dari era “takkan berubah dan tak boleh diubah” menuju era “kesemrawutan”.

Mulai bergesernya era di dalam pendidikan kita selama ini, berimplikasi pada munculnya demokratisasi pendidikan, dimana masing-masing sekolah atau lembaga pendidikan dapat mengembangkan konsep pendidikan yang ada sesuai dengan visi, misi dan potensi yang ada pada sekolah atau lembaga pendidikan tersebut.

Pemecahan masalah-masalah belajar dan pembelajaran sangat nampak sekali bertumpu pada paradigma keteraturan (behavioristik) sebagai lawan dari paradigma kesemrawutan (konstruktivistik). Belajar dan pembelajaran disemua jenjang nampak sekali didesain dengan menggunakan pendekatan keteraturan. Suatu pendekatan yang hingga kini diyakini sangat sahih oleh pengajar, orang tua, atau pendidik lainnya. Pada kajian tentang konsep pendidikan masa depan, penulis mencoba untuk menganalisis berdasarkan bahan bacaan yang relevan dalam upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah pendidikan, khususnya terkait dengan belajar dan pembelajaran dalam kaitan konsep pendidikan masa depan.

Konsep pendidikan yang selama ini kita laksanakan (pendekatan behavioristik) lebih cenderung mematikan potensi yang ada pada anak. Bagaimana tidak, peserta didik dianggap sebagai gelas kosong yang dapat kita (Pendidik) isi dengan apapun. Padahal semua anak berbeda, dan masing-masing tentunya mempunyai potensi, pengetahuan dan keterampilan yang berbeda pula. Jadi, peserta didik bukanlah sebuah gelas kosong atau kertas putih yang dapat diisi atau ditulis semaunya oleh pendidik. Sangat jelas sekali, bahwa peran pendidik hanya sebagai motivator, fasilitator untuk menstimulasi potensi yang ada pada anak.

Pendekatan konstruktifistik lebih menekankan pada sesuatu yang beragam, ketidakteraturan, dan ketidakteraturan. Dengan memandang bahwa masing-masing anak itu berbeda dan memiliki potensi, serta model pembelajaran yang asik dan menyenangkan, maka akan indah sekali kiranya pendidikan kita. Sehingga tidak ada lagi yang namanya anak nakal ataupun bodoh.

Mulai bergesernya aliran atau pendekatan dalam pendidikan ini (beharioristik ke konstruktivistik), secara pelan namun pasti akan berujung pada penciptaan wajah pendidikan masa depan yang cerah. Harapan pendidikan masa depan adalah:
a. Teknologi komputer dan modernisasi pendidikan;
b. Perubahan dalam kualitas pendidikan;
c. Sekolah masa depan;
d. Guru masa depan;
e. Peran orang tua dalam pendidikan masa depan;
f. Teknologi komputer dan penelusuran kebudayaan;
g. Revolusi pendidikan.

Bisa dibayangkan, jika semua yang ada dilakukan melalui pendekatan konstruktivistik, maka harapan pendidikan masa depan tentunya sudah ada di depan mata kita. Untuk mendukung pergeseran dalam pendekatan pendidikan konstruktivistik ini, penulis mencoba mengaitkan dengan delapan postulat pendidikan (Robert Ulich Bab 12: Eight Postulates of Teaching dalam Philosophy of Education, Harvard University, Aerican Book Company. New York. 1981), yaitu (1) Postulat tentang individualisasi dan metode; (2) Postulat tentang totalitas; (3) Postulat tentang kemampuan atau motivasi; (4) Postulat tentang banyak sisi (many-sideness); (5) Postulat tentang mental order; (6) Postulat tentang keterkaitan mata pelajaran; (7) Postulat tentang self-activity; dan (8) Postulat tentang petunjuk etik.

Berdasarkan 8 (delapan) postulat pendidikan tersebut di atas merupakan dalil (postulat) yang harus dan benar-benar di pahami dan dihayati agar proses pembelajaran efektif dan efisien. Delapan postulat pendidikan ini memandang bahwa masing peserta didik merupakan individu yang memiliki karakter, cara belajar, kemampuan, dan motivasi berbeda.

Akhirnya, penulis berpendapat bahwa akan sulit ditemukan keteraturan karena setiap anak dimungkinkan untuk mengerjakan hal yang berbeda, baik jumlah maupun jenisnya. Akan sulit ditemukan kepastian karena setiap anak dimungkinkan melakukan pilihan kegiatan yang berbeda. Demikian pula, akan sulit ditemukan ketaatan dan kepatuhan karena suasana depat, ekspresi diri, pengambilan peran yang berbeda sangat ditonjolkan. Jadi, yang tersisa dan nampak sangat jelas adalah kesemrawutan. Sebagai penutup, penulis menegaskan bahwa konsep pendidikan masa depan hendaknya sebagai paradigma pembelajaran, “kesemrawutan” merupakan kerangka pikir pemecahan masalah-masalah pembelajaran dengan merancang beragam tindakan belajar sesuai dengna keragaman kekhasan si belajar, menuju ke tujuan yang beragam dengan strategi yang beragam, dan dengan melibatkan sumber-sumber yang beragam pula. Hidup adalah untuk menghargai keragaman dan menghargai perbedaan!


Daftar Pustaka:

Materi Pelatihan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA Selamat Pagi Indonesia. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran, Batu: SMA Selamat Pagi Indonesia.

Degeng, I Nyoman S. 1998. Mencari Paradima Baru PemecahanMasalah Belajar Dari Keteraturan Menuju ke Kesemrawutan, Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang, Malang: IKIP Malang.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ulich, Robert. 1981. Eight Postulates of Teaching dalam Philosophy of Education, Harvard University, American Book Company, New York (dalam Fatimah, Siti. 1996. Delapan Postulat Pengajaran, Malang: FKIP-UMM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar